Jawa Barat merupakan suatu
provinsi yang kaya di nusantara. Kaya akan alam, masyarakat, dan budayanya.
Provinsi beribukota di Bandung ini, merupakan salah satu pusat dari segala
aspek kehidupan. Di sini dapat kita temukan berbagai macam kuliner, tempat
wisata, tempat budaya, masyarakat yang someah,
kesenian yang berlimpah, dan keunikan lainnya.
Melirik dari judul tentang
budaya, maka dapat kita cari tahu dulu definisinya agar jelas dan tidak salah
kaprah. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu buddhayah, bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Secara singkat kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu hasil dari cipta, rasa,
dan karsa. Kebudayaan ini terdiri dari tujuh unsur yaitu bahasa, kesenian, sistem
kepercayaan, sistem ekonomi, sistem teknologi, sistem pengetahuan, dan
organisasi sosial. Sistem budaya (cultural
system) merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Di sini terdapat
ide-ide dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam masyarakat, sehingga
sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan, yang diartikan pula adat istiadat
(mencakup norma). Sedangkan banyak masyarakat yang mengenal kebudayaan itu
hanya terbatas pada kesenian saja, dengan demikian dapat kita jabarkan bahwa
kebudayaan itu mengandung aspek yang luas.
Menurut politikus Sunda, Tjetje
H. Padmadinata, dalam pembicaraannya pada Seminar Nasional “Peran Kebudayaan
Sunda dalam Membangun dan Memperkuat Karakter Bangsa” yang diadakan di Unpad
Jatinangor Jumat (3/11) kemarin, orang Sunda memang dimanjakan oleh keadaan
alamnya. Setiap apa yang kita tanam pasti akan tumbuh dan dapat langsung kita
nikmati. Berbeda dengan keadaan tanah Sumatera atau Sulawesi, dimana kontur
tanahnya yang tidak sesubur di Jawa Barat. Hal ini yang mengakibatkan orang
Sunda terkesan pemalas atau tidak sepekerja keras orang-orang dari daerah
lainnya. Lihat saja tokoh Kabayan yang melekat kuat karakter pemalasnya, tapi
ia cerdik dalam segala hal. Jati diri Urang
Sunda tidak bisa dilemparkan begitu saja pada sesosok Kabayan, tetapi jati
diri Urang Sunda itu tergantung pada
setiap generasi yang mengalaminya. Maka mulai dari sekarang, kita lawan budaya
malas dari kehidupan kita, karena malas tidak akan memajukan apa-apa. Kita
bangun jati diri Urang Sunda yang
bernilai positif.
Keadaan geografis tanah Sunda
yang dikelilingi oleh gunung dan berkontur tanah subur, kita manfaatkan sebaik
mungkin untuk kehidupan yang lebih layak lagi. Sebagai generasi muda, cintailah
lingkungan sendiri, karena alam merupakan aset yang bernilai tinggi jika tetap
kita rawat dengan baik. Dukunglah para petani, agar roda perekonomian Jawa
Barat dapat terus menggairahkan, agar beras cianjur, mangga indramayu, jeruk
garut, salak manonjaya, ubi cilembu akan tetap ada dan lestari. Caranya membeli
produk sendiri, jangan tergoda oleh produk luar negeri. Jika berat dilakukan,
mungkin sebagai generasi muda hal kecil yang dapat dilakukan untuk ikut seta
memajukan Jawa Barat ini adalah dengan menjaga kebersihan dan menggunakan
produk yang ramah lingkungan, sehingga pencemaran lingkungan dapat sedikit
teratasi. Pengelompokkan sampah organik dan non-organik memang klasik, tapi ini
adalah satu cara yang bernilai tinggi jika dilakukan, karena masyarakat Jawa
Barat khususnya akan semakin sadar terhadap keadaan lingkungannya sendiri dan
meminimalisir penggunaan produk yang menghasilkan sampah yang sulit terurai.
Sehingga berita tentang banjir daerah Dayeuh Kolot dan sekitarnya tidak
terdengar lagi.
Organisasi sosial yang
merupakan salah satu unsur kebudayaan, dewasa ini sudah merebak dimana-mana
keberadaannya. Tujuannya tiada lain agar masyarakat lebih kritis menghadapi
persoalan yang ada. Kita sebagai putra Sunda sepatutnya ikut andil dan masuk
dalam keorganisasian itu, seperti bidang kesehatan, sosial, pecinta alam, olahraga,
agama, dan lain sebagainya. Misalnya, pemuda yang menyukai balap motor lebih
baik ikut perkumpulan olahraga balap motor, daripada ugal-ugalan di jalan yang
meresahkan masyarakat. Pemuda dan pemudi yang menyukai alam seperti hiking dapat ikut perkumpulan pecinta
alam, baik dalam tingkat sekolah, kampus, ataupun masyarakat. Karena di sana
kita dididik oleh tenaga yang handal serta dapat sharing informasi agar hobi atau kesukaan kita tidak salah arah.
Tidak berbeda dengan bidang agama, kita sebaiknya ikut perkumpulan bidang
keagamaan yang baik, karena sekarang sudah banyak perkumpulan agama yang
beraliran sesat. Maka pilihlah perkumpulan organisasi yang benar-benar baik.
Generasi muda yang memiliki
semangat bergelora sepatutnya diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang bernilai
positif, sehingga ide cemerlang kita akan tertampung pada wadah yang
selayaknya. Daripada membuang waktu muda kita untuk setiap hari pergi ke mall, nongkrong yang tidak jelas, main game-online, maka adanya organisasi sosial merupakan sarana yang
tepat untuk generasi muda khususnya untuk dapat memberikan setetes air untuk
penyegaran memajukan Jawa Barat.
Dari organisasi sosial kita
berlanjut ke bahasa. Bahasa merupakan hal terpenting dari suatu kebudayaan.
Karena dengan adanya bahasa kita dapat berinteraksi dengan manusia lainnya.
Tidak terbayang jika bahasa tidak ada, maka kitapun akan menjadi manusia
primitif yang berinteraksi dengan media isyarat. Beruntunglah kita hidup di
zaman sekarang, maka bahasa merupakan warisan budaya bukan untuk disimpan, tapi
dijaga dengan terus menggunakannya. Sehingga isu-isu bahwa bahasa beberapa
tahun ke depan akan hilang, tidak akan dialami oleh masyarakat Sunda.
Kita sebagai masyarakat Jawa
Barat mempunyai bahasa sendiri, yaitu bahasa Sunda. Di sekolah, kantor, dan
tempat lainnya bahasa Sunda sudah jarang terdengar, entah apa alasannya. Hal
kecil lainnya yang dapat kita lakukan adalah menggunakan basa indung (bahasa Sunda) dalam kehidupan sehari-hari. Karena basa mangrupakeun ciciren bangsa, leungit
basana lengit bangsana (bahasa merupakan ciri bangsa, hilang bahasanya
hilang bangsanya). Kita sebagai generasi muda jangan malu dan takut untuk
meggunakan bahasa sendiri. Mulailah berbicara menggunakan bahasa Sunda dengan
keluarga, teman, pacar, dan masyarakat. Media atau jejaring sosial yang
jumlahnya sudah banyak dan notabene generasi muda yang menggunakannya, maka,
itu merupakan lahan terbesar kita untuk memanfaatkan dan menyebarluaskan bahasa
Sunda.
Perkembangan ilmu teknologi
yang begitu pesat dapat menjadi faktor positif negatif untuk keberadaan perabot
Sunda bahkan bahasanya itu sendiri, seperti dikatakan pemakalah Ihsan (ITB)
pada Seminar Nasional di UNPAD kemarin. Misalnya perabot mutu dan coet kini
keberadaannya telah tergantikan oleh alat moderen yang begitu praktis
yaitu blender, maka nilai
filosofi dari mutu dan coet itu tidak kita ketahui lagi, dan
istilah Sunda ngarendos dewasa ini
masyarakat tidak mengenalnya. Maka sebagai pemuda yang ingin terus melestarikan
budayanya, tidak salahnya kita menanyakan kepada orangtua atau kakek nenek
untuk mendapatkan info pada masa lalu, dan mulai menginventarisi,
mengkristalisasi serta mengkonvensinya.
Keeksistensian seni Sunda yang
berlimpah ruah mulai dari seni musik, tari, teater, dan rupa masih tetap
terjaga. Fungsi seni yang pada awalnya hanya bertujuan untuk ritual atau
kepentingan religi, kini keberadaannya sebagian besar untuk hiburan. Prinsip
seni yaitu akan hidup dengan mati dengan sendirinya, maka kita sebagai putra
Sunda sudah sepatutnya tetap menjaga dan melestarikan aset yang begitu berharga
ini.
Jawa Barat identik dengan alat
musik angklung dan tari Jaipongan. Saung Angklung Udjo yang letaknya berada di
Padasuka Bandung Timur merupakan suatu tempat budaya yang begitu maju dan berkembang.
Kini tempat itu sudah banyak dikunjungi baik oleh wisatawan domestik maupun
asing. Ini merupakan kebanggaan kita semua. Sehingga belajar membuat ataupun
memainkan alat musik ini merupakan suatu kebanggaan dan nilai plus untuk
masyarakat Jawa Barat. Seni musik angklung jangan sampai kalah dari alat musik band yang sekarang sedang digandrungi
oleh kaum remaja.
Sanggar-sanggar seni lainnya
masih banyak kita temukan di berbagai pelosok daerah. Di sana kita dapat
belajar menari, seperti tari Jaipong, Topeng, ataupun Merak. Lalu dapat bermain
gamelan (alat musik Sunda) dan belajar nembang
(bernyanyi). Jika kita tidak sempat untuk berlatih dan mencoba bermain alat
musik ataupun tarian Sunda, kita dapat menyaksikan pertunjukan-pertunjukan yang
sekarang sering dimainkan atau dipanggungkan seperti di Dago Tea House, Gedung
Pertunjukan Rumentang Siang, Gedung Indonesia Menggugat, Bale Rumawat UNPAD,
ataupun di Gedung STSI Buah Batu Bandung. Dengan demikian, kita akan jauh lebih
mengenal tentang kesenian Sunda, bukan hanya menonton film-film korea ataupun
film-film bioskop lainnya. Sah-sah saja kita menyaksikan kesenian bukan asli
daerah sendiri, tapi apa salahnya kita mengapresiasi aset bangsa yaitu kesenian
Sunda.
Mengenal sejarah merupakan
suatu langkah agar kita semakin cinta terhadap budaya sendiri. Misalnya roman
sejarah Sang Mokteng Bubat, di dalam
buku ini kita mendapatkan sejarah mengenai peristiwa perang Bubat dimana
menceritakan Dyah Pitaloka sebagai mojang Sunda yang terkesan “dimainkan” oleh Hayam Wuruk (orang Jawa) dengan
atraksi perangnya yang begitu hebat, padahal ini adalah taktik politik Gajah
Mada yang disalahgunakan. Selesai membaca roman ini, dijamin kita akan semakin
cinta pada tanah kita, yaitu Sunda. Karya tulis Sunda jangan sampai terkalahkan
oleh bacaan-bacaan seperti Harry Potter, karena novel, carpon, sajak, majalah Sunda merupakan suatu sumber keilmuan dimana
kita akan mendapatkan suatu gambaran tentang kesundaan.
Mendatangi tempat-tempat yang
berbudaya seperti museum, keraton, serta komplek candi perlu generasi muda
agendakan, karena di sana merupakan sumber sejarah yang paling lengkap. Di sana
akan kita temukan sejarah masa lalu yang pasti akan membuat bulu kuduk kita
merinding. Di pusat kota Bandung dapat kita temukan museum Geologi dan Museum
Sri Baduga, lalu di kota Sumedang dapat kita temukan Museum Geusan Ulun.
Keberadaan candi yang utuh di tanah Sunda jumlahnya hanya sedikit, dikarenakan
masyarakat Sunda zaman dahulu menggunakan atap candi berbahan injuk, maka
bangunannya pun tidak sekokoh di tanah Jawa. Tapi para arkeolog sudah menemukan
komplek candi terbesar yaitu Candi Jiwa di Karawang, utara Jawa Barat. Itu
merupakan suatu kebanggaan masyarakat Sunda. Situs Megalitikum di ujung utara
Cianjur juga merupakan tempat yang begitu mempesona. Konon katanya, di sana
merupakan asal usul nada da-mi-na-ti-la karena
di sana dapat kita temukan seonggok batu yang jika dipukul akan menghasilkan
nada. Masjid-masjid bersejarah juga masih ada dan tetap berdiri kokoh seperti
di Cirebon, kayu-kayu penopangnya masih kuat karena tetap dijaga. Maka sebagai
generasi muda, tidak salahnya mengunjungi tempat-tempat seperti itu agar kita
semakin kagum pada masyarakat Sunda zaman dahulu, sehingga kecintaan kita
terhadap Sunda akan semakin kuat.
Hal terpenting dari semuanya
adalah kita sebagai generasi muda putra Sunda harus menunjukkan dan mempunyai
pribadi yang baik dan kreatif. Bercerminlah pada sejarah masa lalu, bahwa
masyarakat Sunda adalah orang yang beragama, orang yang disegani oleh masyarakat
lain di luar Sunda. Seseorang yang beragama akan berpenampilan rapi, cinta
terhadap lingkungan dan tidak akan membuang waktu sia-sia.
Kita sebagai generasi muda
harapan bangsa sudah sepatutnya memberikan kontribusi yang baik untuk kemajuan
Jawa Barat dengan memanfaatkan semua karunia yang diberikan Tuhan untuk
tanah Parahyangan ini. Mulailah dari hal kecil untuk membangun sesuatu yang
besar. Mulailah dari diri kita sendiri untuk membangun suatu karya yang
bermanfaat, agar orang lain dan lingkungan di sekitar kita merasakan dampak
positif dari adanya kehadiran kita.
Hurip Sunda!
Bandung,
5 November 2011
Essay
ini diajuin buat prasyarat pendaftaran PKPS 9 (Pemilihan Kepemimpinan Putra
Sunda 9) dan 6 hari setelahnya, tanggal 11-11-11 alhamdulilah jadi 100 orang
terbaik yang lolos buat ikutan PKPS itu selama seminggu di Cimahi &
Rancaupas.
Kuliah
dispen lagi deh seminggu, semoga kabereg ya ngejar mata kulliah
seminggu, aamiin.
Cheers
Icha :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar