Jumat, 11 November 2011

Langkah Kecil Memajukan Jawa Barat dari Kecintaan terhadap Budayanya Sendiri

Jawa Barat merupakan suatu provinsi yang kaya di nusantara. Kaya akan alam, masyarakat, dan budayanya. Provinsi beribukota di Bandung ini, merupakan salah satu pusat dari segala aspek kehidupan. Di sini dapat kita temukan berbagai macam kuliner, tempat wisata, tempat budaya, masyarakat yang someah, kesenian yang berlimpah, dan keunikan lainnya.
Melirik dari judul tentang budaya, maka dapat kita cari tahu dulu definisinya agar jelas dan tidak salah kaprah. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Secara singkat kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu hasil dari cipta, rasa, dan karsa. Kebudayaan ini terdiri dari tujuh unsur yaitu bahasa, kesenian, sistem kepercayaan, sistem ekonomi, sistem teknologi, sistem pengetahuan, dan organisasi sosial. Sistem budaya (cultural system) merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Di sini terdapat ide-ide dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam masyarakat, sehingga sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan, yang diartikan pula adat istiadat (mencakup norma). Sedangkan banyak masyarakat yang mengenal kebudayaan itu hanya terbatas pada kesenian saja, dengan demikian dapat kita jabarkan bahwa kebudayaan itu mengandung aspek yang luas.
Menurut politikus Sunda, Tjetje H. Padmadinata, dalam pembicaraannya pada Seminar Nasional “Peran Kebudayaan Sunda dalam Membangun dan Memperkuat Karakter Bangsa” yang diadakan di Unpad Jatinangor Jumat (3/11) kemarin, orang Sunda memang dimanjakan oleh keadaan alamnya. Setiap apa yang kita tanam pasti akan tumbuh dan dapat langsung kita nikmati. Berbeda dengan keadaan tanah Sumatera atau Sulawesi, dimana kontur tanahnya yang tidak sesubur di Jawa Barat. Hal ini yang mengakibatkan orang Sunda terkesan pemalas atau tidak sepekerja keras orang-orang dari daerah lainnya. Lihat saja tokoh Kabayan yang melekat kuat karakter pemalasnya, tapi ia cerdik dalam segala hal. Jati diri Urang Sunda tidak bisa dilemparkan begitu saja pada sesosok Kabayan, tetapi jati diri Urang Sunda itu tergantung pada setiap generasi yang mengalaminya. Maka mulai dari sekarang, kita lawan budaya malas dari kehidupan kita, karena malas tidak akan memajukan apa-apa. Kita bangun jati diri Urang Sunda yang bernilai positif.
Keadaan geografis tanah Sunda yang dikelilingi oleh gunung dan berkontur tanah subur, kita manfaatkan sebaik mungkin untuk kehidupan yang lebih layak lagi. Sebagai generasi muda, cintailah lingkungan sendiri, karena alam merupakan aset yang bernilai tinggi jika tetap kita rawat dengan baik. Dukunglah para petani, agar roda perekonomian Jawa Barat dapat terus menggairahkan, agar beras cianjur, mangga indramayu, jeruk garut, salak manonjaya, ubi cilembu akan tetap ada dan lestari. Caranya membeli produk sendiri, jangan tergoda oleh produk luar negeri. Jika berat dilakukan, mungkin sebagai generasi muda hal kecil yang dapat dilakukan untuk ikut seta memajukan Jawa Barat ini adalah dengan menjaga kebersihan dan menggunakan produk yang ramah lingkungan, sehingga pencemaran lingkungan dapat sedikit teratasi. Pengelompokkan sampah organik dan non-organik memang klasik, tapi ini adalah satu cara yang bernilai tinggi jika dilakukan, karena masyarakat Jawa Barat khususnya akan semakin sadar terhadap keadaan lingkungannya sendiri dan meminimalisir penggunaan produk yang menghasilkan sampah yang sulit terurai. Sehingga berita tentang banjir daerah Dayeuh Kolot dan sekitarnya tidak terdengar lagi.
Organisasi sosial yang merupakan salah satu unsur kebudayaan, dewasa ini sudah merebak dimana-mana keberadaannya. Tujuannya tiada lain agar masyarakat lebih kritis menghadapi persoalan yang ada. Kita sebagai putra Sunda sepatutnya ikut andil dan masuk dalam keorganisasian itu, seperti bidang kesehatan, sosial, pecinta alam, olahraga,  agama, dan lain sebagainya. Misalnya, pemuda yang menyukai balap motor lebih baik ikut perkumpulan olahraga balap motor, daripada ugal-ugalan di jalan yang meresahkan masyarakat. Pemuda dan pemudi yang menyukai alam seperti hiking dapat ikut perkumpulan pecinta alam, baik dalam tingkat sekolah, kampus, ataupun masyarakat. Karena di sana kita dididik oleh tenaga yang handal serta dapat sharing informasi agar hobi atau kesukaan kita tidak salah arah. Tidak berbeda dengan bidang agama, kita sebaiknya ikut perkumpulan bidang keagamaan yang baik, karena sekarang sudah banyak perkumpulan agama yang beraliran sesat. Maka pilihlah perkumpulan organisasi yang benar-benar baik.
Generasi muda yang memiliki semangat bergelora sepatutnya diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang bernilai positif, sehingga ide cemerlang kita akan tertampung pada wadah yang selayaknya. Daripada membuang waktu muda kita untuk setiap hari pergi ke mall, nongkrong yang tidak jelas, main game-online, maka adanya organisasi sosial merupakan sarana yang tepat untuk generasi muda khususnya untuk dapat memberikan setetes air untuk penyegaran memajukan Jawa Barat.
Dari organisasi sosial kita berlanjut ke bahasa. Bahasa merupakan hal terpenting dari suatu kebudayaan. Karena dengan adanya bahasa kita dapat berinteraksi dengan manusia lainnya. Tidak terbayang jika bahasa tidak ada, maka kitapun akan menjadi manusia primitif yang berinteraksi dengan media isyarat. Beruntunglah kita hidup di zaman sekarang, maka bahasa merupakan warisan budaya bukan untuk disimpan, tapi dijaga dengan terus menggunakannya. Sehingga isu-isu bahwa bahasa beberapa tahun ke depan akan hilang, tidak akan dialami oleh masyarakat Sunda.
Kita sebagai masyarakat Jawa Barat mempunyai bahasa sendiri, yaitu bahasa Sunda. Di sekolah, kantor, dan tempat lainnya bahasa Sunda sudah jarang terdengar, entah apa alasannya. Hal kecil lainnya yang dapat kita lakukan adalah menggunakan basa indung (bahasa Sunda) dalam kehidupan sehari-hari. Karena basa mangrupakeun ciciren bangsa, leungit basana lengit bangsana (bahasa merupakan ciri bangsa, hilang bahasanya hilang bangsanya). Kita sebagai generasi muda jangan malu dan takut untuk meggunakan bahasa sendiri. Mulailah berbicara menggunakan bahasa Sunda dengan keluarga, teman, pacar, dan masyarakat. Media atau jejaring sosial yang jumlahnya sudah banyak dan notabene generasi muda yang menggunakannya, maka, itu merupakan lahan terbesar kita untuk memanfaatkan dan menyebarluaskan bahasa Sunda.
Perkembangan ilmu teknologi yang begitu pesat dapat menjadi faktor positif negatif untuk keberadaan perabot Sunda bahkan bahasanya itu sendiri, seperti dikatakan pemakalah Ihsan (ITB) pada Seminar Nasional di UNPAD kemarin. Misalnya perabot mutu dan coet kini keberadaannya telah tergantikan oleh alat moderen yang begitu praktis  yaitu blender, maka nilai filosofi dari mutu dan coet itu tidak kita ketahui lagi, dan istilah Sunda ngarendos dewasa ini masyarakat tidak mengenalnya. Maka sebagai pemuda yang ingin terus melestarikan budayanya, tidak salahnya kita menanyakan kepada orangtua atau kakek nenek untuk mendapatkan info pada masa lalu, dan mulai menginventarisi, mengkristalisasi serta mengkonvensinya.
Keeksistensian seni Sunda yang berlimpah ruah mulai dari seni musik, tari, teater, dan rupa masih tetap terjaga. Fungsi seni yang pada awalnya hanya bertujuan untuk ritual atau kepentingan religi, kini keberadaannya sebagian besar untuk hiburan. Prinsip seni yaitu akan hidup dengan mati dengan sendirinya, maka kita sebagai putra Sunda sudah sepatutnya tetap menjaga dan melestarikan aset yang begitu berharga ini.
Jawa Barat identik dengan alat musik angklung dan tari Jaipongan. Saung Angklung Udjo yang letaknya berada di Padasuka Bandung Timur merupakan suatu tempat budaya yang begitu maju dan berkembang. Kini tempat itu sudah banyak dikunjungi baik oleh wisatawan domestik maupun asing. Ini merupakan kebanggaan kita semua. Sehingga belajar membuat ataupun memainkan alat musik ini merupakan suatu kebanggaan dan nilai plus untuk masyarakat Jawa Barat. Seni musik angklung jangan sampai kalah dari alat musik band yang sekarang sedang digandrungi oleh kaum remaja.
Sanggar-sanggar seni lainnya masih banyak kita temukan di berbagai pelosok daerah. Di sana kita dapat belajar menari, seperti tari Jaipong, Topeng, ataupun Merak. Lalu dapat bermain gamelan (alat musik Sunda) dan belajar nembang (bernyanyi). Jika kita tidak sempat untuk berlatih dan mencoba bermain alat musik ataupun tarian Sunda, kita dapat menyaksikan pertunjukan-pertunjukan yang sekarang sering dimainkan atau dipanggungkan seperti di Dago Tea House, Gedung Pertunjukan Rumentang Siang, Gedung Indonesia Menggugat, Bale Rumawat UNPAD, ataupun di Gedung STSI Buah Batu Bandung. Dengan demikian, kita akan jauh lebih mengenal tentang kesenian Sunda, bukan hanya menonton film-film korea ataupun film-film bioskop lainnya. Sah-sah saja kita menyaksikan kesenian bukan asli daerah sendiri, tapi apa salahnya kita mengapresiasi aset bangsa yaitu kesenian Sunda.
Mengenal sejarah merupakan suatu langkah agar kita semakin cinta terhadap budaya sendiri. Misalnya roman sejarah Sang Mokteng Bubat, di dalam buku ini kita mendapatkan sejarah mengenai peristiwa perang Bubat dimana menceritakan Dyah Pitaloka sebagai mojang Sunda yang terkesan “dimainkan” oleh Hayam Wuruk (orang Jawa) dengan atraksi perangnya yang begitu hebat, padahal ini adalah taktik politik Gajah Mada yang disalahgunakan. Selesai membaca roman ini, dijamin kita akan semakin cinta pada tanah kita, yaitu Sunda. Karya tulis Sunda jangan sampai terkalahkan oleh bacaan-bacaan seperti Harry Potter, karena novel, carpon, sajak, majalah Sunda merupakan suatu sumber keilmuan dimana kita akan mendapatkan suatu gambaran tentang kesundaan.
Mendatangi tempat-tempat yang berbudaya seperti museum, keraton, serta komplek candi perlu generasi muda agendakan, karena di sana merupakan sumber sejarah yang paling lengkap. Di sana akan kita temukan sejarah masa lalu yang pasti akan membuat bulu kuduk kita merinding. Di pusat kota Bandung dapat kita temukan museum Geologi dan Museum Sri Baduga, lalu di kota Sumedang dapat kita temukan Museum Geusan Ulun. Keberadaan candi yang utuh di tanah Sunda jumlahnya hanya sedikit, dikarenakan masyarakat Sunda zaman dahulu menggunakan atap candi berbahan injuk, maka bangunannya pun tidak sekokoh di tanah Jawa. Tapi para arkeolog sudah menemukan komplek candi terbesar yaitu Candi Jiwa di Karawang, utara Jawa Barat. Itu merupakan suatu kebanggaan masyarakat Sunda. Situs Megalitikum di ujung utara Cianjur juga merupakan tempat yang begitu mempesona. Konon katanya, di sana merupakan asal usul nada da-mi-na-ti-la karena di sana dapat kita temukan seonggok batu yang jika dipukul akan menghasilkan nada. Masjid-masjid bersejarah juga masih ada dan tetap berdiri kokoh seperti di Cirebon, kayu-kayu penopangnya masih kuat karena tetap dijaga. Maka sebagai generasi muda, tidak salahnya mengunjungi tempat-tempat seperti itu agar kita semakin kagum pada masyarakat Sunda zaman dahulu, sehingga kecintaan kita terhadap Sunda akan semakin kuat.
Hal terpenting dari semuanya adalah kita sebagai generasi muda putra Sunda harus menunjukkan dan mempunyai pribadi yang baik dan kreatif. Bercerminlah pada sejarah masa lalu, bahwa masyarakat Sunda adalah orang yang beragama, orang yang disegani oleh masyarakat lain di luar Sunda. Seseorang yang beragama akan berpenampilan rapi, cinta terhadap lingkungan dan tidak akan membuang waktu sia-sia.
Kita sebagai generasi muda harapan bangsa sudah sepatutnya memberikan kontribusi yang baik untuk kemajuan Jawa Barat  dengan memanfaatkan semua karunia yang diberikan Tuhan untuk tanah Parahyangan ini. Mulailah dari hal kecil untuk membangun sesuatu yang besar. Mulailah dari diri kita sendiri untuk membangun suatu karya yang bermanfaat, agar orang lain dan lingkungan di sekitar kita merasakan dampak positif dari adanya kehadiran kita.
Hurip Sunda!

Bandung, 5 November 2011




Essay ini diajuin buat prasyarat pendaftaran PKPS 9 (Pemilihan Kepemimpinan Putra Sunda 9) dan 6 hari setelahnya, tanggal 11-11-11 alhamdulilah jadi 100 orang terbaik yang lolos buat ikutan PKPS itu selama seminggu di Cimahi & Rancaupas.
Kuliah dispen lagi deh seminggu, semoga kabereg ya ngejar mata kulliah seminggu, aamiin.
Cheers Icha :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar