Jika
Aku Menjadi Ui ‘Gadis Kecil nan Lugu’
Namanya Nuri Apriliani, umurnya belum genap tiga tahun, maka tak heran
bicaranya tidak begitu jelas, sehingga orang-orang yang mengenalnya
memanggilnya dengan sebutan Ui. Dia terlahir sebagai anak bungsu dari dua
bersaudara. Kakaknya bernama Upi yang sekarang telah mengenyam bangku sekolah
kelas empat di SDN III Kasomalang Kulon. Upi sangat pintar dan setia memberikan
sedikit esensi kehidupannya pada adik satu-satunya itu dengan pendekatan yang
mudah.
Keluarganya terlihat sangat harmonis. Ayahnya bekerja sebagai buruh pada sebuah
pabrik kecil dan ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Aku sangat
bangga pada mereka karena kegigihannya untuk tetap berusaha mencukupi
kehidupannya sehari-hari dan tidak mengharap belas kasihan dari tetangga
atau saudaranya. Sehingga Ui dan Upi sedari kecil telah hidup mandiri karena
sering ditinggal oleh orangtuanya untuk bekerja.
Aku ingat ketika berjumpa pertama kali dengan Ui dan teman-temannya yang lain.
Ketika itu 3 Januari 2012 sekitar pukul enam pagi, mereka sedang mengepel di
teras rumah karena kondisi lantai yang basah setelah semalaman diguyur hujan
deras. Dan itu kali pertamanya aku berkenalan dengan gadis-gadis kecil
Kasomalang Kulon. Aku bahagia mempunyai sahabat baru seperti mereka yang telah
memberikan arti kehidupan yang sebenarnya dan selalu memotivasiku untuk lebih
semangat menjalani kehidupan ke depannya.
Ui, Si gadis kecil nan lugu dan lucu itu setiap harinya selalu ceria. Aku hanya
sekali melihat dia menangis ketika jatuh yang membuat kakinya terbentur lantai
masjid di depan rumahnya. Aku selalu memeluknya erat-erat, dan setelah beberapa
hari meninggalkan desa yang anggun itu, senyum manis dari bibir kecilnya akan
selalu ku ingat, karena senyumannya adalah bentuk yang ikhlas dari hamba Tuhan
yang belum mengenal kerasnya kehidupan dan belum mempunyai beban hidup apapun.
Setiap hari kegiatannya hanya bermain dan bermain saja. Bermain gempar, ular
naga, perepet jengkol, ucing sumput, ucing kup, sapintrong, dan permainan
lainnya. Dia selalu dijadikan anak bawang oleh teman-temannya, tetapi
dia tetap tersenyum ceria dan senantiasa menunjukkan ekspresi bahagia. Sore
harinya setelah lelah bermain biasanya Ui dan teman-teman lainnya selalu mandi
bersama di selokan dekat rumahnya dengan keadaan air yang cukup jernih. Dan
terkadang malam harinya dia selalu mengaji bersamaku di masjid, hanya “a” dan
“ba” saja yang fasih dia ucapkan dan selebihnya dia tetap bermain, berlarian
kecil di masjid, dan aku enggan melarang karena hatiku terenyuh ketika melihat
anak-anak dapat tersenyum lepas.
Jika aku menjadi Ui, aku akan selalu bersyukur atas segala nikmat yang Tuhan
berikan kepadaku. Aku telah hidup di keluarga yang sederhana dan harmonis,
hidup dalam keadaan yang menuntut untuk selalu tangguh dan mandiri, hidup di
lingkungan yang tentram dan saling menyayangi, hidup jauh dari keadaan kacaunya
hiruk pikuk kota, hidup dengan keadaan alam yang bersih dan masih terjaga,
serta hidup di lingkungan agamis yang kesemuanya membuat tenang hati dan jiwa.
Dan aku akan selalu menjunjung cita-cita untuk bersekolah dengan
setinggi-tingginya, agar aku bisa menjadi orang yang berguna terhadap agamaku,
bangsaku, dan orang-orang yang pernah dan selalu menyayangiku. #kknm
kasomalang kulon subang2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar