Selasa, 14 Februari 2012


Jika Aku Menjadi Ui ‘Gadis Kecil nan Lugu’
                                                                                                                                                                              Namanya Nuri Apriliani, umurnya belum genap tiga tahun, maka tak heran bicaranya tidak begitu jelas, sehingga orang-orang yang mengenalnya memanggilnya dengan sebutan Ui. Dia terlahir sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya bernama Upi yang sekarang telah mengenyam bangku sekolah kelas empat di SDN III Kasomalang Kulon. Upi sangat pintar dan setia memberikan sedikit esensi kehidupannya pada adik satu-satunya itu dengan pendekatan yang mudah.

            Keluarganya terlihat sangat harmonis. Ayahnya bekerja sebagai buruh pada sebuah pabrik kecil dan ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Aku sangat bangga pada mereka karena kegigihannya untuk tetap berusaha mencukupi kehidupannya sehari-hari dan  tidak mengharap belas kasihan dari tetangga atau saudaranya. Sehingga Ui dan Upi sedari kecil telah hidup mandiri karena sering ditinggal oleh orangtuanya untuk bekerja.
            Aku ingat ketika berjumpa pertama kali dengan Ui dan teman-temannya yang lain. Ketika itu 3 Januari 2012 sekitar pukul enam pagi, mereka sedang mengepel di teras rumah karena kondisi lantai yang basah setelah semalaman diguyur hujan deras. Dan itu kali pertamanya aku berkenalan dengan gadis-gadis kecil Kasomalang Kulon. Aku bahagia mempunyai sahabat baru seperti mereka yang telah memberikan arti kehidupan yang sebenarnya dan selalu memotivasiku untuk lebih semangat menjalani kehidupan ke depannya.
            Ui, Si gadis kecil nan lugu dan lucu itu setiap harinya selalu ceria. Aku hanya sekali melihat dia menangis ketika jatuh yang membuat kakinya terbentur lantai masjid di depan rumahnya. Aku selalu memeluknya erat-erat, dan setelah beberapa hari meninggalkan desa yang anggun itu, senyum manis dari bibir kecilnya akan selalu ku ingat, karena senyumannya adalah bentuk yang ikhlas dari hamba Tuhan yang belum mengenal kerasnya kehidupan dan belum mempunyai beban hidup apapun.
            Setiap hari kegiatannya hanya bermain dan bermain saja. Bermain gempar, ular naga, perepet jengkol, ucing sumput, ucing kup, sapintrong, dan permainan lainnya. Dia selalu dijadikan anak bawang oleh teman-temannya, tetapi dia tetap tersenyum ceria dan senantiasa menunjukkan ekspresi bahagia. Sore harinya setelah lelah bermain biasanya Ui dan teman-teman lainnya selalu mandi bersama di selokan dekat rumahnya dengan keadaan air yang cukup jernih. Dan terkadang malam harinya dia selalu mengaji bersamaku di masjid, hanya “a” dan “ba” saja yang fasih dia ucapkan dan selebihnya dia tetap bermain, berlarian kecil di masjid, dan aku enggan melarang karena hatiku terenyuh ketika melihat anak-anak dapat tersenyum lepas.
            Jika aku menjadi Ui, aku akan selalu bersyukur atas segala nikmat yang Tuhan berikan kepadaku. Aku telah hidup di keluarga yang sederhana dan harmonis, hidup dalam keadaan yang menuntut untuk selalu tangguh dan mandiri, hidup di lingkungan yang tentram dan saling menyayangi, hidup jauh dari keadaan kacaunya hiruk pikuk kota, hidup dengan keadaan alam yang bersih dan masih terjaga, serta hidup di lingkungan agamis yang kesemuanya membuat tenang hati dan jiwa. Dan aku akan selalu menjunjung cita-cita untuk bersekolah dengan setinggi-tingginya, agar aku bisa menjadi orang yang berguna terhadap agamaku, bangsaku, dan orang-orang yang pernah dan selalu menyayangiku. #kknm kasomalang kulon subang2012

Bandung, 11 Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar